Rasa kasihan bukanlah rasa yang patut dicibiri, justru rasa ini yang mendatangkan cinta tanpa pamrih, cinta yang tulus. Toh Allah aja punya nama Ar Rahman yakni Maha Pengasih, Rajanya manusia adalah Mahanya Pengasih.
Namun, adakalanya rasa ini diikuti oleh rasa kawatir, kawatir apabila diekspresikan maka akan berdampak bagi manusia yang lainnya. Hari ini aku merasakan hal tersebut, rasa kawatir, bimbang, namun rasa kasihan yang datang begitu besar sampai sesak rasanya. Aku melihat salah seorang kerabat terdekatku mendapatkan satu ketidakadilan dalam hidupnya, aku ingin menolongnya namun aku khawatir apabila aku menolongnya, maka ada orang lain yang makin semena2 terhadapnya. sungguh membuatku mual memikirkannya.
Lalu, aku shalat Isya, dari takbir airmataku sudah menggenang, aku berusaha fokus shalat. Pada saat membaca Al Fatihah, aku tidak tahan, air mataku merembes saat kalimat Ar raḥmānir raḥīm." "Māliki yaumid dīn."
Bagaimana bisa aku menimang harus mengasihi anak itu atau tidak sedang Allah saja mengajarkan rasa kasih. Dan bagaimana bisa aku merasakan beratnya aku memikirkan hidup dia yang tidak adil sedang aku punya Allah yang memiliki hari pembalasan? lelucon apa yang sedang aku skenariokan? pikirku.. temali di hatiku mulai melonggar..
lalu, aku mulai bertekad untuk memberikan anak itu dengan kasih sayangku, biar saja orang lain berbuat apa, hal itu diluar kendaliku, yg bisa aku kendalikan saat ini yang jg akan aku pertanggungjawabkan adalah apa yang aku lakukan untuk anak itu.
Aku doakan semoga anak itu jadi anak soleh. Supaya tegar hatinya, supaya kuat berdirinya di dunia yang penuh permainan ini.